Diapresiasi DPRD Sulut, Alfons Aleng Produksi Sendiri Pupuk Organik Demi Pertahankan Wilayah Bolmong Sebagai Lumbung Beras

0

BOLMONG – Kebutuhan pupuk dan pestisida bersubsidi saat ini banyak disuarakan petani.

Meski ada yang beredar dipasaran namun kedua jenis bahan penunjang produksi tanaman tersebut dirasakan begitu memberatkan petani.

Kondisi tersebut membuat Alfons Aleng petani asal desa Imandi Kecamatan Dumoga Timur Kabupaten Bolaang Mongondow membuat alternatif dengan mengolah pupuk dan pestisida organik yang ia produksi sendiri.

Menurutnya proses pengajuan bantuan pupuk bersubsidi sangat berbelit menjadi salah satu alasannya untuk tidak tinggal diam menunggu bantuan pemerintah.

Saat ini menurut Alfons yang merupakan Ketua KTNA dan penyuluh swadaya kecamatan Dumoga Timur, pupuk organik dan pestisida yang ia produksi sudah dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan tanaman padi di areal persawahan yang ada di wilayah Imandi dan sekitarnya.

” Ini adalah salah satu cara kami sebagai jalan alternatif kurangnya bantuan pupuk kepada kami petani disini, kalaupun ada di pasaran harganya sangat mahal, ” ujar Alfons kepada wartawan Jumat (29/7).

” Pupuk pestisida kimia disamping mahal, tapi juga akan merusak kualitas tanah bahkan sangat mempengaruhi secara signifikan penurunan angka produktivitas dan kulitas pertanian. ” bebernya.

Lanjut Alfons, penggunaan bahan kimia akan membuat tanah di lahan tanaman dan petani terus bergantung pada pestisida berbahan kimia itu, sehingga dalam jangka panjang bisa mengakibatkan tanah dan produksi pertanian akan rusak.

” Saatnya kita bertindak perlahan namun pasti untuk lepas dari ketergantungan pada saprodi kimia karena pupuk/pestisida organik ramah lingkungan khasiatnya tidak kalah dgn kimia bahan bakunya tersedia di sekitar kita.” ujarnya.

Disisi lain dirinya mengkritisi Kinerja Dinas Pertanian dalam penyalurkan bantuan pupuk bersubsidi.

Menurutnya data valdisasi adanya kelompok tani dalam RDKK kurang akurat bahkan diduga banyak nama – nama dalam RDKK bukan petani sesungguhnya.

” Ada yang memang betul – betul petani tidak masuk dalam RDKK, tapi sebaliknya justru bukan petani yang masuk dan dapat bantuan, ” ungkap Ketua poktan Tunas Mekar Imandi ini.

Terobosan Alfons Aleng yang juga sebagai ketua GP3A golongan 2 daerah irigasi Kasinggolan ini menuai apresiasi dua anggota DPRD Sulut Julius Jems Tuuk dan Herry Rotinsulu yang memanfaatkan pupuk dan pestisida organik untuk mempertahankan wilayah Bolaang Mongondow sebagai lumbung beras Sulawesi Utara

” Keterbatasan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pupuk bersubsidi memang menjadi tantangan bagi petani, pak Alfons telah menjawab tantangan tersebut dengan membuat sendiri pupuk dan pestisida agar produksi petani di wilayah ini bisa terus berlangsung. ” tandas Jems Tuuk saat mengunjungi lokasi produksi milik Alfons.

“Dinas Pertanian juga tidak hanya sebatas memantau saja tetapi juga perlu ada pendampingan untuk meningkatkan produksi pupuk organik yang diolah petani disini, ” ujar legislator Dapil Bolmong Raya ini mengingatkan.

Sementara itu legislator Herry Rotinsulu juga ikut mendorong petani lainnya memanfaatkan pupuk organik yang juga memiliki manfaat mengembalikan kontur tanah dan habitat yang ada di dalam kandungan tanah itu sendiri.

” Ini adalah salah satu langkah positif dan perlu diapresiasi dan perlu didukung terutam instansi terkait karena ada inisiatif petani seperti pak Alfons membuat sendiri pupuk organik untuk kebutuhan tanaman padi. ” pungkas Rotinsulu.(tem)

Artikulli paraprakDihadapan Komisi II DPRD Sulut, Petani Dumoga Raya Sebut Kinerja Distanak Sulut Setengah Hati
Artikulli tjetërDirindukan Rakyat Bolmong, HeRo Dukung Jems Tuuk Bertarung di Pilkada Bupati 2024