SULUT – Plt Kepala Dinas Pangan Sulut Franky Tintingon S.STP M.Si mengakui produksi beras di Sulawesi Utara mengalami penurunan terutama di sentra utama seperti Bolaang Mongondow.
Fenomena ini sangat mempengaruhi kestabilan harga pangan di tingkat pasaran
“Ini sesuai fakta di lapangan, salah satu kendalanya adalah dipengaruhi musim hujan kemudian serangan hama tikus dan ketiga, para petani di daerah Dumoga menggunakan bibit lokal sehingga produksi beras dalam satu hektar itu hanya berkisar 2 sampai 3 ton, ” jelas Tintingon dalam agenda Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi II DPRD Sulut Senin, (14/7/25).
Meski demikian kata Tintingon pihak tetap melakukan pengawasan terutama di tingkat distributor guna mengetahui permasalahan di lapangan.
“Kami melakukan pengawasan di tingkat distributor khususnya dua distributor besar yang ada di kota Manado yakni Hasil Karya yang menguasai 30 persen pasar di Sulut, dan kedua distributor beras Karyatama yang menguasai 10 persen pasar. Dari hasil penelusuran kami rata -rata stok kedua distributor ini diambil dari luar daerah yakni Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah bahkan ada yang lebih jauh.
Padahal kerinduan dari kedua distributor ini mengambil beras lokal Sulut sangat tinggi hanya saja stoknya terbatas, ” terang Tintingon.
Sementara untuk stok cadangan beras di Sulut kata Tintingon, Pemerintah propinsi masih memiliki cadangan pangan yang tersimpan di gudang Bulog sebanyak 111 ton.
“Ini juga yang telah kami lakukan dengan berbagai kegiatan yaitu bantuan pada saat banjir di kota Manado, bantuan bagi masyarakat yang terdampak genangan air di Minahasa bahkan sebelumnya bantuan bagi masyarakat yang terdampak letusan gunung ruang, ” jelas Tintingon. (tem)
